My New Family, Save Street Child <3

November 27, 2013

<img src="https://amanizafira.files.wordpress.com/2013/11/1466085_537084793035907_261118368_n.jpg" class="size-full" alt="My New Family, Save Street Child

Orang – orang ini adalah panitia dalam acara refreshtraining 2013 yang diadakan selama 3 hari 2 malam tepatnya mulai dari tanggal 22 – 24 November 2013 di Villa Green Pakis. I really had such a beautiful and wonderful moment there. I’m so happy to be part of this family.

koping (coping) stress

April 30, 2013

 

TULISAN 3

KOPING (COPING) STRESS

  1. Pengertian dan Jenis Koping

Sesuai dengan definisi stres yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya, ada suatu definisi yang terkenal dari Lazarus & Folkman pada tahun 1984 (Cohen, & Lazarus, 1983, Lazarus & Folkman, 1984; Sarafino, 1990; Taylor, 1991) menggambarkan coping sebagai berikut:

“… Suatu Proses di mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan – tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber – sumber daya yang mereka gunkan dalam menghadapi stressful …”

Secara umum, stress dapat diatasi dengan melakukan transaksi dengan lingkungan di mana hubungan transaksi ini merupakan suatu proses yang dinamis.

Emotion focused coping, digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stress

Problem focused coping, Untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara – cara atau keterampilan – keterampilan yang baru

Jenis – Jenis Koping yang Konstruktif dan Positif

KOPING KONSTRUKTIF/MERUSAK :

1.Penalaran (Reasoning)

Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan.

2. Objektifitas

Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.

3. Konsentrasi

Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.

4. Humor

Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.

5. Supresi

Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif.

6. Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas

Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak jelasan tersebut.

7. Empati

Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.

 

KOPING POSITIF ( SEHAT)

1. Antisipasi

Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.

2. Afiliasi

Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.

3. Altruisme

Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.

4. Penegasan diri (self assertion)

Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.

5. Pengamatan diri (Self observation)

Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.

 

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002. 

Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika

Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

 

Pengertian Stress

April 30, 2013

TULISAN 2

PENGERTIAN STRESS

1)      Pengertian Stress

  • Arti Penting Stress

Conceptualization of Stress

Stress is the nonspecific response to any noxious stimulus. The physiological response is always the same regardless of stimulus – The General Adaptation syndrome (GAS – Selye)

Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stressor terus-menerus muncul.ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome(GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stressor yaitu:

1)      Fase reaksi yang mengejutkan (alram reaction)

Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidakberesan seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin,muka pucat,leher tegang.nadi nergerak cepat,dsb.fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.

2)      Fase perlawanan (stage of resistence)

Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress,sebab pada tingkat tertentu,stress akan membahyakan.tubuh dapat mengalami disfungsi,bila stress dibiarkan berlarut-larut.selama masa perlawanan tersebut,tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang,karena tubuh sedang melakukan kerja keras.

3)      Fase Keletihan ( stage of Exhaustion)

Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan.akibat yang parah bila seseorang sampai pada fase ini adalah penyakit yang dapt menyerang bagian-bagian tubuh yang lemah.

  • Tipe – Tipe Stress

Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu:

Frustasi

Frustasi muncul ketika adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal/tujuan. Orang yang memiliki tujuan tersebut mendapat beberapa rintangan/hambatan yang tidak mampu ia lalui sehingga ia mengalami kegagalan atau frustasi.

Frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, dll)

Konflik

Timbul akibat dari ketidakmampuan memilih dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, aau tujuan. Saat seseorang dihadapkan dalam situasi yang berat untuk dipilih, orang tersebut akan mengalami konflik dalam dirinya. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian, approach-approach conflict, approach-avoidant conflict, avoidant-avoidant conflict.

Tekanan

Timbul akibat dari tuntutan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi sehingga menimbulkan tekanan dalam diri. Juga dapat berasal dari luar diri, misalnya orang tua yang menuntut anaknya untuk masuk ke dalam jurusan yang tidak diminati.

Kecemasan

Merupakan kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran/kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya seorang anak yang sering dimarahi ibunya, anak tersebut akan merasakan kecemasan yang cukup tinggi jika ia melakukan hal yang akan membuat ibunya marah padahal ibu si anak tersebut belum tentu marah padanya.

 

Pendekatan Problem Solving terhadap Stress

 

Symptom-Reducing Responses terhadap stress 

Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus – menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat menghadapi stress:

 

1. Identifikasi

Identifikasi adalah suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.

2. Kompensasi 

Seorang individu tidak memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.

3. Overcompensation/ reaction formation

Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.

4. Sublimasi

Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.

5. Proyeksi

Proyeksi adalah mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya. 

6. Introyeksi

Introyeksi adalah memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.

7. Reaksi konversi

Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.

8. Represi

Represi adalah konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.

9. Supresi

Supresi yaitu menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”

10.  Denial

Denial adalah mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.

      11.  Regresi

Regresi adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.

      12.  Fantasi

Fantasi adalah apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang yang ia cintai.

      

      13.  Negativisme

Adalah perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya dengan bolos sekolah. 

14. Sikap mengkritik orang lain

Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.

 

Coping strategy

koping yang digunakan individu secara sadar dan terarah dalam mengatasi sakit atau stressor yang dihadapinya. Metode koping bisa diperoleh dari proses belajar dan beberapa relaksasi. Jika individu menggunaan strategi koping yang efektif dan cocok dengan stressor yang dihadapinya, stressor tersebut tidak akan menimbulkan sakit (disease), tetapi stressor tersebut akan menjadi suatu stimulan yang memberikan wellness dan prestasi.

Ada beberapa teknik terapi yang dicobakan untuk mengatasi stres. Biofeedbacknadalah suatu teknik untuk mengetahui bagian tubuh mana yang terkena stres dan kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang cukup rumit, gunanya sebagai feedback atau umpan balik terhadap bagian tubuh tertentu.Biofeedback kurang efektif untuk digunakan secara praktis.

Untuk mengatasi stres minor, individu dapat mengatur istirahat yang cukup dan olah raga yang teratur. Karena cara hidup yang teratur dapat membuat orang jarang mengalami stres.

Relaksasi dan meditasi juga salah satu cara untuk mengurang stres “minor”. Dengan merasa rileks, seseorang dapat lebih tajam untuk mengetahui bagaian tubuh mana yang mengalami stres lalu mengembalikan kondisi tubuh ke kondisi semula. Selain iu meditasi juga memiliki keuntungan lain seperti konsentrasi menjadi lebih tajam dan pikira menjadi lebih tenang.

Namun dari semua strategi yang ada, menguah sikap hidup merupakan strategi yang paling ampuh untuk mengurangi stres yang dirasakan. Dengan mengubah pikiran negatif menjadi positif orang bisa merasa lebih baik dalam menghadapi stressornya. Orang juga merasa ikhlas dalam menjalani setiap masalah yang akan terus ada dalam hidupnya.

Strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus memiliki empat komponen pokok:

1.  Peningkatan kesadaran terhadap masalah: mengetahui dan memahami masalah serta teori yang melatarbelakangi situasi yang tengah berlangsung.

2.      Pengolahan informasi: suatu pendekatan dengan cara mengalihkan persepsi sehingga ancaman yang ada akan diredam. komponen ini meliputi pengumulan informasi dan pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.

3.  Pengubahan perilaku: suatu tindakan yang dipilih secara sadar dan bersifat positif, yang dapat meringankan, meminimalkan, atau menghilangkan stressor.

4.      Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil di atasi.

DAFTAR PUSTAKA

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. 2010. Psikologi abnormal. Jakarta: Salemba Humanika

Anonim. 1999. Manajemen stres. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Hill, Virginia. 2000. Handbook of stress, coping, and health: implications for nursing research, theory, and practice. USA: Sage Publication, Inc.

Teori Kepribadian Sehat (Lanjutan)

April 30, 2013

TULISAN 1

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT (LANJUTAN)

1. Allport (Ciri – Ciri Kepribadian yang Matang)

Pandangan – pandangan pribadi dan profesional dari Allport berbeda dengan pandangan – pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung – nyanjung. Allport percaya bahwa kekuatan – kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh – pengaruh yang penting pada tingkah laku orang – orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu – individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar. Menyadari sepenuhnya kekuatan – kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan – kekuatan itu juga.

Kriteria Kepribadian yang Matang

Tujuh kriteria kematangan ini mencakup pandangan – pandangan Allport tentang sifat – sifat khusus dari kepribadian sehat, diantaranya yaitu

  1. Perluasan Perasaan Diri,
  2. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang – Orang Lain
  3. Keamanan Emosional
  4. Persepsi Realistis
  5. Keterampilan – Keterampilan dan Tugas – Tugas
  6. Pemahaman Diri
  7. Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Menurut penulis, berdasarkan dengan tujuh kriteria kematangan menurut Allport jika dikaitkan dengan kesehatan mental itu erat sekali kaitannya. Berdasarkan hal diatas untuk dapat menjadikan diri sebagai individu yang sehat secara mental dengan menyeimbangkan dan menyelaraskan antara ketujuh komponen diatas.  

 2. Rogers ( Perkembangan Kepribadian)

Rogers bekerja dengan individu – individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien – pasien ini (dia lebih suka menyebut mereka “klien – klien”), Rogers mengembangkan suatu metode yang menempatkan tanggung jawab utama

MOTIVASI ORANG YANG SEHAT : AKTUALISASI

Rogers menempatkan suatu dorongan – “satu kebutuhan yang fundamental” – dalam sistemnya tentang kepribadian: memeliharakan, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu

PERKEMBANGAN DIRI

Cara khusus bagaimana diri berkembang dan apakah dia akan menjadi orang yang sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak ketika kecil. Ketika diri mulai berkembang, anak belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut ini “penghargaan psoitif” (positive regards). Dari sinilah nanti self concept pada anak akan tumbuh. Jika penghargaan positif itu diberikan dengan seimbang makan self concept yang akan berkembang akan menjadi suatu self concept yang baik. Dalam perjalanannya anak juga akan mengerti bagaimana itu penghargaan positf yang bersyarat (conditional positive regards) dimana ia akan menghadapi situasi ketika kebutuhan akan positive regard bertambah kuat, semakin lama makin mengerahkan energi dan pikiran. Anak harus bekerja keras untuk positive regards dengan mengorbankan aktualisasi diri. Sedangkan syarat utama bagi timbulnya kepribadian yang sehat adalah penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” (unconditional positive regards) di masa kecil. Sehingga, untuk dapat memiliki kepribadian yang sehat juga mental yang sehat, seseotrang harus mencapai penerimaan “penghargaan positif tanpa syarat” tersebut.

ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA

Rogers memberikan lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya

  1. Keterbukaan pada Pengalaman
  2. Kehidupan Eksistensial
  3. Kepercayaan Terhadap Organisme Orang Sendiri
  4. Perasaan Bebas
  5. Kreativitas

Maksud dari orang yang berfungsi sepenuhnya yaitu, orang atau manusia yang dapat menjalankan tugas, peran, dan fungsinya dengan baik. Sehingga orang tersebut dapat mencapai kesehatan mental yang utuh.

3. Maslow (Hirarki Kebutuhan Manusia Mencapai Tingkat Aktualisasi Diri)

Prasyarat untuk mencapai aktualisasi – diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah: (1) kebutuhan – kebutuhan fisiologis, kebutuhan – kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan memiliki dan cinta, (4) kebutuhan akan penghargaan. Kebutuhan – kebutuhan ini harus sekurang – kurangnya sebagian dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.

Dari urutan satu (1) sampai dengan tertinggi urutan lima (5) yaitu aktualisasi diri. Harus berjalan berkesinambungan ketika kebutuhan yang paling dasar telah terpenuhi akan berlanjut ke tingkat kebutuhan selanjutnya. Pada puncak aktualisasi dir inilah kesehatan mental dapat tercapai pula.

4. Erich Fromm (Ciri – Ciri Kepribadian yang Sehat)

Ketergantungan kesehatan jiwa pada kodrat masyarakat berarti setiap masyarakat mengemukakan definisinya sendiri tentang kesehatan jiwadan definisi ini dapat berbeda – beda sesuai dengan waktu dan tempat yang berbada – beda.

DORONGAN KEPRIBADIAN YANG SEHAT

Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan

  1. Hubungan

Ada beberapa cara menemukan hubungan, destruktif (tidak sehat) dan konstruktif (sehat). Sedangkan cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia ialah melalui cinta. Cinta memuaskan kebutuhan akan keamanan dan juga menimbulkan suatu perasaan integritas dan individualitas.

  1. Transendensi

Merupakan kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebih – lebihi peranan – peranan pasif sebagai ciptaan. Maksudnya yaitu dengan kematian, ketidakberdayaan, dan masih banyak hal lainnya yang menjadi batasan manusia. Manusia didorong untuk menjadi lebih berkembang dan dalam keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri.

  1.  Berakar

Berakar disini adalah maksudnya yaitu ikatan. Pada dasarnya manusia diciptakan untuk menjalin ikatan – ikatan yang kuat dalam tali persaudaraan.

  1. Perasaan Identitas

Setiap individu membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yng unik suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari orang lain dalam hal perasaannya tentang dia, siapa, dan apa.

  1. Kerangka Orientasi

Bertalian dengan pencarian suatu perasaan diri yang unik ialah suatu pencarian frame of reference atau konteks dengan mana seseorang menginterpretasikan semua gejala dunia.

 

Sumber:

Schultz, Duane. 1977. Psikologi Pertumbuhan (terj.). Yogyakarta: Kanisius.

TULISAN 3

March 30, 2013

TULISAN 3

  1. PENYESUAIAN DIRI DAN PERTUMBUHAN

 

ü    Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri alih bahasa dari adjustment. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Lazarus (1961), adjustment involves reaction of the person to demand imposed upon him. (Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta)

Demikian pula pendapat Thorndike dan Hogen yang disitir oleh Mustafa Fahmi (1977) sebagai berikut: penyesuaian diri merupakan kemampuan individu untuk mendapatkan ketentraman secara internal dan hubungannya dengan dunia sekitar. (Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta)

Maka dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah kemampuan individu sebagai reaksi atas penanganan dalam menghadapi tekanan yang dibebankan dari orang lain dan lingkungan sekitar untuk mencapai kedamaian dan ketentraman secara internal maupun eksternal serta menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar dan komponen – komponen pendukung didalamnya.

Macam – Macam Penyesuaian Diri (Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta)

  1. Penyesuaian Diri Terhadap keluarga / Family Adjustment
  2. Penyesuaian Diri Terhadap Sosial / Social Adjustment
  3. Penyesuaian Diri Terhadap Sekolah / School Adjustment
  4. Penyesuaian Diri Terhadap Perguruan Tinggi / College Adjustment
  5. Penyesuaian Diri Terhadap Jabatan / Vocational Adjustment
  6. Penyesuaian Diri Terhadap Perkawinan / Marriage Adjustment

 

ü    Pertumbuhan

Seperti yang kita ketahui bahwa pertumbuhan itu identik dengan pertambahan tinggi, pertambahan berat badan, yang dimana pertumbuhan itu berarti pertambahan serta pembesaran sel – sel dalam diri individu yang juga berfungsi untuk menyokong perkembangan individu yang lebih matang.

 

ü    Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Pertumbuhan

Setelah mengerti mengenai  apa itu penyesuaian diri dan pertumbuhan. Lalu apa yang menghubungkan diantara keduanya? Dalam proses pertumbuhan individu pasti terdapat penyesuaian diri yang dilakukan individu demi mencapai puncak pertumbuhan itu sendiri. Sebagaimana yang akan dijelaskan di bagian berikut ini.

 

  1. PERTUMBUHAN PERSONAL

Menurut anda, apa yang terlintas dalam pikiran ketika mendengar mengenai “pertumbuhan personal”? Manusia dikenal sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial, dimana dalam proses pertumbuhan untuk mencapai pada puncak makhluk individu dan juga makhluk sosial itu tidaklah mudah. Bagaimana dengan proses pembentukan karakter dan sifat yang dialami seiring dengan pertumbuhan personal dari individu itu sendiri. Berbagai pertanyaan pun bermunculan. Bagaimana menjadi personal atau individu yang tumbuh secara baik? Bagaimana personal atau individu itu dapat diterima secara baik juga oleh lingkungan sosial disekitarnya?

Dari dua pertanyaan yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa pertumbuhan personal bukanlah perkara yang mudah untuk dapat menjalani kehidupan secara lurus dan baik – baik saja. Dapat dikatakan bahwa mungkin kuncinya terdapat pada penyesuaian diri yang baik. Dimana untuk menjadi personal atau individu yang baik dibutuhkan penyesuaian diri dalam menghadapi permasalahan – permasalahan yang didapat oleh diri personal atau individu itu sendiri sehingga dapat menjadi personal atau individu yang tangguh, kuat, dan baik tentunya.

Lalu penyesuaian diri juga sudah menjadi jawaban yang paling umum untuk dapat diterima secara baik oleh lingkungan sosial disekitar individu. Personal atau individu yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik, sudah tentu akan dengan cepat pula diterima di lingkungan sosial manapun. Jadi, untuk mendapat pertumbuhan personal yang baik, penyesuaian diri dapat menjadi salah satu cara untuk mencapainya.  

TULISAN 2

March 30, 2013

TULISAN 2

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

  1. ALIRAN PSIKOANALISA

Seperti yang kita ketahui bahwa tokoh aliran psikoanalisa yang terkenal dan yang merupakan perintis dari aliran psikoanalisa ini yaitu Sigmund Freud. Orang yang pertama kali berusaha merumuskan psikologi manusia dengan memerhatikan struktur jiwa manusia adalah Sigmund Freud. Menurut Freud, perilaku manusia meupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia yang disebutnya id, ego, dan superego (Heru Basuki: 2008, 12 – 31; Sumadi Suryabrata: 2003, 34) (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Kepribadian Menurut Freud

Menurut pendapatnya struktur kepribadian terdiri atas beberapa aspek yaitu:

  • Das Es atau The Id, merupakan aspek biologis
  • Das Ich atau The Ego, sebagai aspek psikologis
  • Das Uber Ich atau the super ego sebagai aspek sosiologis

(Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta: Rineka Cipta)

Dimana sebenarnya Id, Ego, dan Superego memiliki fungsi masing – masing dalam kehidupan. Akan tetapi, karena Id dan superego merupakan bagian dari alam bawah sadar yang masing – masing bersitegang dalam pemenuhan kebutuhan atas id dan superego ini. Sehingga, memerlukan penengah yaitu ego. Untuk pencapaian menjadi pribadi yang sehat, interaksi antara Id, Ego, dan Superego harus seimbang satu sama lain.

  1. ALIRAN BEHAVIORISTIK

Tokoh aliran behavioristik yang terkenal yaitu John B. Watson. Behavioristik/behavioralisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan – laporan subjektif dan juga psioanalisis yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behavioralisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali insting, adalah hasil belajar. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Pemikiran behaviorisme sebenarnya sudah dikenal sejak Aristoteles yang berpendapat bahwa, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa – apa sama seperti meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Kaum behaviorisme berpendapat bahwa organisme dilahirkan tanpa sifat – sifat sosial atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Menurut Bandura (salah satu tokoh aliran behaviorisme), belajar terjadi karena peniruan. Kemampuan meniru respon orang lain, misalnya meniru bunyi yang sering didengar, merupakan penyebab utama belajar. Ganjaran dan hukuman bukan faktor yang utama dalam belajar, tetapi merupakan faktor penting dalam melakukan suatu tindakan. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Menurut aliran behavioristik, untuk menjadi pribadi yang sehat, semua perilaku yang dimunculkan oleh individu – individu itu merupakan hasil proses belajar dan pengalaman. Akan tetapi karena aliran behavioristik ini hanya mementingkan perilaku yang nampak saja, berbagai faktor yang tidak dimunculkan dalam perilaku yang nampak menjadi terlewati begitu saja. Padahal mungkin saja aspek – aspek yang terlewati itu merupakan aspek yang penting dalam pembentukan pribadi yang sehat.

  1. ALIRAN HUMANISTIK

Tokoh aliran humanistik yang terkenal yaitu Alfred Adler dan Carl Gustav Jung. Dalam pandangan behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, dan tanpa nilai. Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis neo-Freudian seperti Adler, dan Jung, serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisme (Alwisol, 2008: 22). Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subjektif. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Menurut Alfred Schultz, tokoh fenomenologi, pengalaman subjektif ini dikomunikasikan oleh faktor sosial dalam proses intersubjektivitas diungkapkan dengan eksistensialisme dalam tema dialog, pertemuan, hubungan diri dengan orang lain. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Pandangan psikologi humanisme, pada intinya adalah setiap manusia dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia (Sang Aku, Ku, atau Diriku / I, Me, atau Myself) menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah – ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Jadi, menurut para tokoh aliran humanistik ini, untuk mencapai kepribadian yang sehat adalah hanya dengan berpusat kepada konsep diri yang subjektif dari diri individu itu sendiri serta pengalaman individu secara sosial dan segi lainnya yang telah dilalui dalam “dunia kehidupan”. Dengan mengenal konsep diri kita sendiri yang seperti apa serta mempelajari dan menginterpretasi segala pengalaman individu yang telah dilalui dalam kehidupannya.

TULISAN 1

March 30, 2013

TULISAN 1

KESEHATAN MENTAL

Intan   : “Hai, Fir!”

Fira     : “Hei, Tan!”

Intan   : “Wah udah lama yah Kita nggak ketemu. Apa kabar, Fir?”

Fira     : “Iya, udah lama Kita nggak ketemu. Alhamdulillah sehat dan sejauh ini semuanya baik – baik aja kok. Kamu sendiri bagaimana?”

Intan   : “Alhamdulillah baik juga dan pastinya selalu sehat doong.”

…………….

Ilustrasi percakapan di atas merupakan bagian dari keseharian yang seringkali Kita dengar. Coba perhatikan kata yang diberi garis bawah dalam percakapan di atas. Kalian akan menemukan kata “sehat”. Menurut kalian apa sih yang dimaksud dengan sehat? Pasti kalian akan menjawab bahwa sehat itu jasmaninya ok dan prima. Apakah cukup hanya itu saja pengertian yang wajib kita pahami? Bagaimana dengan pemahaman mengenai definisi kesehatan mental? Apakah definisi kesehatan mental mirip dengan pengertian yang sebelumnya telah diterangkan? Sehat mental itu berarti rohani atau mental yang ok dan prima. Pengertian – pengertian yang telah disebutkan tidak sepenuhnya salah dan juga tidak sepenuhnya benar. Lalu kira – kira apa definisi yang mendekati benar? Berikut akan dijelaskan secara lebih mendalam mengenai konsep sehat berikut juga dengan konsep kesehatan mental.

KONSEP SEHAT

Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang yang tidak memiliki keluhan – keluhan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah orang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subjektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat. (Notosoedirdjo, Moeljono & Latipun. 2011. Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press)

Dapat dikatakan bahwa konsep sehat itu berada di wilayah abu – abu. Apakah itu maksudnya? Secara konsep, tidak ada kebenaran maupun kesalahan secara pasti mengenai konsep sehat itu sendiri. Semua tergantung dari faktor subjektifitas yang berarti pendapat individu itu sendiri mengenai apa itu arti dari sehat. Serta, faktor kultural yang juga turut memberi pengaruh terhadap persepsi dan pemahaman individu tersebut. Akan tetapi untuk menghindari kerancuan atau ketidakjelasan mengenai konsep atau definisi sehat itu sendiri, berbagai pihak yang ahli dalam bidang ini, memberikan suatu acuan untuk mempermudah masyarakat memahami konsep atau definisi sehat.  

Sebagai salah satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. (Notosoedirdjo, Moeljono & Latipun. 2011. Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press)

Jadi, konsep sehat itu sendiri ternyata tidak hanya dilihat dari keadaan faktor fisik yang sempurna semata, yang bebas dari penyakit ataupun cacat. Akan tetapi, dilihat juga dari sisi mental dan juga sosial. Dimana keadaan individu tersebut sempurna serta stabil secara mental dan sosial. Serta, memiliki kestabilan emosi yang berguna untuk menghadapi persoalan serta mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial demi untuk mencapai keharmonisan dan ketentraman dalam kehidupan individu tersebut.

Dari definisi atau konsep “sehat” kemudian beralih ke definisi konsep kesehatan mental. Seperti pengertian yang telah dijelaskan di atas mengenai konsep “sehat” dari WHO, dimana juga terdapat keadaan sempurna dari segi mental. Ternyata tidak jauh berbeda mengenai definisi / konsep dari “sehat mental” ataupun “kesehatan mental” dari pengertian sebelumnya. Disini sedikit dibahas pula mengenai konsep mengenai definisi / konsep dari “sehat mental” ataupun “kesehatan mental” ini

Menurut Kartini Kartono (1989: 3 – 5) dalam Higiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, secara etimologi kesehatan mental (mental hygiene) berasal dari kata ‘mental’ dan ‘hygeia’. ‘Hygeia’ adalah nama dewi kesehatan Yunani dan ‘hygiene’ berarti ilmu kesehatan, sedangkan mental berasal dari bahasa latin ‘mens’, atau ‘mentis’, yang mempunyai arti jiwa, nyawa, sukma, roh semangat mental hygiene sering disebut pula sebagai psikohygiene. ‘Psyche’ (dari kata Yunani Psuche) artinya nafas, asas kehidupan, hidup, jiwa, roh, sukma, dan semangat. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Jadi, dapat dikatakan bahwa kesehatan mental merupakan keadaan stabil, terhindar dari gejala – gejala gangguan atau penyakit jiwa/mental, memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki untuk menghadapi tantangan dan tuntutan yang dibebankan dari lingkungan dan sekitarnya untuk mencapai keharmonisan dan ketentraman jiwa dalam kehidupan yang dijalani.

 

SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Secara umum secara historis kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode yaitu periode pra – ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung, 1986: 45) (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

  1. Periode Pra – Ilmiah

Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme, ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh – roh atau dewa – dewa. Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460 – 467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pandangan naturalisme, yaitu suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan. Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang – orang kristen. Seorang dokter Prancis, Philipe Pinel (1745 – 1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniac) dirantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun atau lebih atau lebih, dan mereka dipandang sangat berbahaya dibawa jalan – jalan di sekitar rumah sakit. Akhirnya di antara mereka banyak yang berhasil, mereka tidak menunjukkan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

  1. Periode Ilmiah

Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari anismisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), yang terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745 – 1813) menjadi anggota staf medis di rumah sakit Pennsylvania. Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami memahami orang – orang yang menderita gangguan mental dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge berikut gerakan – gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran, dan inspirasi para ahli, dalam hal ini terutama dua tokoh perintis, yaitu  Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900 – 1909 beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Pendirian organisasi ini tak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876 – 1943), kemudian Beliau dinobatkan sebagai “The Founder of The Mental Hygiene Movement”. Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapat pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika Presiden Amerika Serikat menandatangani “The National Mental Health Act” (berisi blueprint yang komprehensif tentang program jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan kesehatan mental seluruh warga masyarakat). Pada tahun 1950 organisasi kesehatan mental terus bertambah. Sampai kepada lembaga swadaya masyarakat lainnya, seperti National Committee for Mental Hygiene, dan sebagainya. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

 

PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL

Pendekatan kesehatan mental itu sebenarnya bermacam – macam, akan tetapi disini hanya akan dibahas dari segi ciri dari individu sebagai manusia sehat secara mental itu bagaimana. Diantaranya yaitu,

ORIENTASI KLASIK

Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari – hari. Orientasi ini banyak dianut di lingkungan kedokteran. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Pada orientasi klasik ini, kesehatan mental hanya menunjuk kepada individu yang tidak memiliki keluhan tertentu secara mental yang dapat menimbulkan perasaan sakit bahkan sampai kepada mengganggu segala aktivitas keseharian yang dilakukan individu tersebut.

ORIENTASI PENYESUAIAN DIRI

Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang – orang lain serta lingkungan sekitarnya. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Pada orientasi penyesuaian diri ini, ukuran individu yang dikategorikan sehat secara mental apabila individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan segala tantangan dan tuntutan dari lingkungan dan sekitarnya. Dari penyesuaian diri tersebut, kemudian individu dapat mengembangkan diri yang sesuai dengan tantangan dan tuntutan yang menghadang.

ORIENTASI PENGEMBANGAN POTENSI

Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. (Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: STAIN Press)

Pada orientasi pengembangan potensi ini, ukuran individu yang dikategorikan sehat secara mental, dapat mencapai proses kedewasaan dimana individu tersebut dapat menghargai diri sendiri dan dihargai orang lain melalui pengembangan potensi, minat dan bakat yang ada didalam dirinya.

Mata Berbicara

January 28, 2013

Dalam kesendirian ini, mata terus berkaca

Bahkan musik yang mengalun dengan indah dan ceria, tidak dapat mengubah suasana hati

Apa yang sedang dipikirkan? Apa yang sedang dirasakan?

Berceritalah.. Walaupun sekedar bercerita pada angin lalu

Sesak di dada yang tak dapat dikeluarkan.

Tak dapat keluar begitu saja.

Hati yang tertutup rapat. begitupun bibir yang juga terkunci rapat

Mata yang memancarkan sinyal pertolongan

Akankah ada yang menyadari hal tersebut?

//

The Past :’)

January 27, 2013

Masa lalu tak selamanya menyenangkan. Akan tetapi akan jauh lebih tidak menyenangkan apabila kita tetap berkaca pada masa lalu. Kau akan selamanya terjebak dalam kubangan masa lalu dan tak akan pernah berani untuk melangkah. Lalu apa yang semestinya kita lakukan terhadap masa lalu itu? Mari kita belajar bahwa yang buruk dari masa lalu kita akan menjadi jauh lebih menyenangkan di masa depan dengan perbaikan diri ke arah yang lebih baik. Seems hard, right? Let’s we try it first. eventhough failures are waiting us in the future, we are worth to trying the changing :’)

//

manfaat internet di bidang psikologi

November 30, 2012

MANFAAT INTERNET DI BIDANG PSIKOLOGI

Internet seperti yang kita ketahui bahwa memiliki banyak manfaat di segala bidang. Salah satunya di bidang psikologi. Apa saja sih yang menjadi manfaat internet di bidang psikologi ini? Mari kita bahas beberapa manfaat di bawah ini.

 

–          Sebagai sarana bertukar informasi

Internet memiliki fungsi sebagai sarana bertukar informasi. Di bidang psikologi pun saling bertukar informasi sangat diperlukan. Hal itu dikarenakan bahwa dunia psikologi terus menerus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Juga berbagi informasi di bidang psikologi itu sangat diperlukan agar kita sebagai calon psikolog semakin bertambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan informasi.

 

–          Sebagai sarana konsultasi dan mencoba berbagai tes kepribadian , mengukur depresi, kecemasan, dan lain – lain.

Pada beberapa situs atau jejaring sosial atau website yang berbasis psikologi, menyediakan layanan konsultasi seperti tanya jawab by email dan sejenisnya. Sehingga dapat sedikit membantu untuk mengahadapi persoalan yang sedang dihadapi. Dalam situs – situs tertentu juga terdapat berbagai tes kepribadian, tes pengukuran kecemasan, depresi, dan lain – lain. Dengan aplikasi tersebut kita dapat mengukur diri kita untuk saat ini. Akan tetapi, jauh lebih baik jika untuk dapat berkonsultasi dan melakukan pengukuran kesehatan mental diri kita dengan bertatap muka langsung dengan psikolog.

 

–          Sebagai materi tambahan.

Bagi bidang psikologi juga, sering dilakukan banyak penelitian baik mengenai kepribadian, perkembangan anak, dewasa, hubungan sosial dan masih banyak lagi. dengan internet, hasil penelitian tersebut ditunjukkan ke khalayak luas dengan harapan dapat diketahui masyarakat, terutama para psikolog. Sehingga tak hanya psikolog yang handal yang mendapat materi yang sangat berguna untuk prakteknya tersebut. Akan tetapi juga, berguna untuk menjadi materi tambahan bagi para calon psikolog di luar dari materi kuliah yang diajarkan di dunia perkuliahan.

 

–          Sebagai sarana komunikasi

Internet dapat menjadi penghubung para psikolog yang tersebar di seluruh dunia. Dengan cara bergabung di beberapa akun pada situs atau website yang berbasis psikologi baik yang lingkup kecil (lokal) maupun yang lingkup besar (internasional).